Kejadian  ini berlangsung beberapa minggu yang lalu. Saat itu, hari Jumat sore,  aku sedang mengerjakan salah satu proyekku. Seperti biasa untuk  refreshing, sambil menyeruput secangkir kopi, aku membaca email email  yang masuk. Segera kubalas email permintaan proposal dari pelanggan, dan  aku pun kadang tertawa geli membaca email- email joke dari  teman-temanku. Tetapi ada satu email yang menarik perhatianku, yaitu  dari temanku yang tinggal di Bogor, Andi. Dia sedang suntuk dan  mengajakku untuk refreshing ke Puncak saat aku tidak sibuk. Kebetulan  besok aku tidak ada acara, hanya perlu mengambil pembayaran ke salah  satu klienku. Terlebih lagi Monika, pacarku, juga sedang keluar kota  bersama keluarganya.
Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi,  temanku itu. “Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue  sedang nggak ada” “Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?”  “Ke Surabaya.. Ada saudaranya kawinan” “Besok jangan kesiangan ya  datangnya.. Jam 11-an deh” “OK” Setelah itu kunyalakan sebatang rokok,  dan kuteruskan pekerjaanku.
Pagi itu, aku berangkat ke Bogor.  Dalam perjalanan, aku mampir ke tempat salah satu klienku di daerah  Tebet, untuk mengambil pembayaran proyek yang telah kuselesaikan.
Setelah mengambil cek pembayaran, segera aku menuju tol Jagorawi.  Sialnya ban mobilku sempat kempes, untungnya hal itu terjadi sebelum aku  masuk jalan tol. Akibatnya, sekalipun aku telah memacu mobilku, baru  sekitar jam 12.30 aku sampai di rumah Andi. “Sialan lu.. Gue udah  tunggu-tunggu dari tadi, baru dateng”. Andi berkata sedikit kesal ketika  membuka pintu rumahnya. “Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu  tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di tengah jalan” “Anterin gue  tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut” sambungku lagi. “Bentar.. Gue  ganti dulu ya”. Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke kamarnya. Sambil  menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama Siska, adik Andi,  datang membawa minuman. “Kok udah lama nggak mampir Mas?” “Iya Sis,  habis sibuk.. Mesti cari duit nih” jawabku. “Mentang-mentang udah jadi  pengusaha.. Sombong ya” godanya sambil tertawa kecil. Siska ini memang  cukup akrab denganku. Anaknya memang ramah dan menyenangkan. Kami pun  bersenda gurau sambil menunggu kakaknya yang sedang bersiap.
Setelah  Andi muncul, kami segera berangkat menuju tukang tambal ban terdekat.  Setelah beres, aku membawa mobilku menuju sebuah bank swasta untuk  mencairkan cek dari klienku. Antrian lumayan panjang hari itu, akibatnya  cukup lama juga kami menghabiskan waktu di sana. Saat keluar dari bank  tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00 siang, sehingga aku mengajak  Andi mampir ke sebuah restoran fast food untuk makan siang. Di restoran  itu, kami bertemu dengan dua gadis ABG cantik yang masih berseragam  SMA. Yang seorang berambut pendek, dengan wajah yang manis. Tubuhnya  tinggi langsing, dengan kulit agak hitam, tetapi bersih. Sedangkan yang  satu berwajah cantik, berkulit putih dan berambut panjang. Tubuhnya  tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling menarik perhatian adalah  tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar menerawang di balik  seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan mereka pun membalas  dengan genit. “Wan.. Kita ajak mereka yuk..” kata Andi. “Boleh aja kalau  mereka mau” jawabku. “Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil  duit nih” “Beres deh” Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak  berkenalan. Memang Andi ini pemberani sekali dalam hal begini. Dia  memang terkenal playboy, punya banyak cewek.
Hal itu didukung dengan  perawakannya yang lumayan ganteng. “Lisa..” kata gadis berambut pendek  itu saat mengenalkan dirinya. “Ini temannya siapa namanya” tanyaku  sambil menatap gadis seksi temannya. “Novi” kata gadis itu sambil  mengulurkan tangannya. Langsung kusambut jabatan tangannya yang halus  itu. Aku dan Andi lalu pindah ke meja mereka. Kami berempat berbincang-  bincang sambil menikmati hidangan masing-masing.
Ketika diajak, mereka  setuju untuk jalan-jalan bersama ke Puncak. Setelah selesai makan, waktu  berjalan menuju mobil, kulihat payudara Novi tampak sedikit  bergoyang-goyang saat dia berjalan. Ingin rasanya kulumat habis payudara  gadis belia itu.
Setelah berjalan-jalan di Puncak menikmati  pemandangan, kami pun cek in di sebuah motel di sana. “Lu kan yang  traktir Wan.. Lu pilih yang mana?” bisik Andi saat kami sedang mengurus  cek-in. Memang sebelumnya aku yang janji akan traktir, karena aku baru  saja menerima pembayaran dari salah satu proyekku. “Novi” jawabku  pendek. “Hehe.. Lu nafsu liat bodynya ya?” bisik Andi lagi sambil  tertawa kecil. Setelah itu, kamipun segera cek-in. Kugandeng tangan  Novi, sedangkan Andi tampak merangkul bahu Lisa menuju kamar. Setelah  kukunci pintu kamar, tak sabar langsung kudekap tubuh Novi.
Langsung  kucium bibirnya dengan penuh gairah. Tanganku dengan gemas meremas  gundukan payudaranya. Setelah puas menciumi bibirnya, kuciumi lehernya,  dan kemudian segera kubuka kancing baju seragamnya. “Iih Mas.. Udah  nggak sabar pengin nyusu ya?” godanya. Tak kuhiraukan perkataannya,  langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak kekecilan untuk menampung  payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap dengan gemas daging kenyal  milik Novi, gadis SMA cantik ini. “Ahh.. Ahh” erangnya ketika puting  payudaranya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap. Tangan Novi  mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain menekan kepalaku ke  dadanya. “Enak Mas.. Ahh” erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan  ganas menikmati payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku. “Jilati  putingnya Mas..” pintanya. Erangannya semakin menjadi dan tangannya  menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang hati.  Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi wajahnya yang  cantik. Lalu kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku mau.  Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak sabar,  kubantu dia membuka seluruh pakaianku. “Ih.. Mas, gede banget..”  desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang  cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu. “Memang kamu belum  pernah liat yang besar begini?” “Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak  sebesar ini.” jawabnya. Tampak matanya menatap gemas ke arah kemaluanku.
“Arghh.. Enak Nov..” erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.  Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan  bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku.  Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara  menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan  mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku.  Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena capai berdiri, akupun pindah  duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku. “Novi isap lagi ya  Mas.. Novi belum puas..” katanya lirih. Kembali mulut gadis belia ini  menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan  kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh  eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat  kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda.  Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu. “Nov.., jepit pakai  susumu Nov..” pintaku. Novi langsung meletakkan penisku di belahan  payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Novi  menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga gesekan daging payudaranya  memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku. “Yes.. Yes..” akupun tak  kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali  penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.
Setelah puas  menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit  berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas.  Tanganku melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian  kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan membasahi celana  dalamnya. Kusibak sedikit celana dalam itu dan kuusap-usap bibir vagina  dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya  semakin menjadi. Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan  badannya dan kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Kubuka  celana dalamnya sehingga dia hanya tinggal mengenakan baju seragamnya  yang kancingnya telah terbuka. “Ahh..” jeritnya panjang ketika penisku  mulai menerobos vaginanya yang sempit. “Gila.. Memekmu enak banget  Nov..” kataku ketika merasakan jepitan dinding vagina Novi. Langsung  kupompa penisku di dalam vagina gadis cantik itu. Sementara itu,  tanganku memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang membulat.  Novi pun menjerit-jerit nikmat saat tubuh belianya kusetubuhi dengan  gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja rias, wajah Novi tampak begitu  merangsang. Wajah cantik gadis belia yang sedang menikmati persetubuhan.  Payudaranya pun tampak bergoyang- goyang menggemaskan di balik baju  seragamnya yang terbuka. Bosan dengan posisi ini, aku kembali duduk di  kursi.
Novi lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan penisku ke dalam  vaginanya. Kusibakkan rambutnya yang panjang indah itu dan kuciumi  lehernya yang putih mulus. Sementara itu tubuh Novi bergerak naik turun  menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan sibuk meremas  payudaranya. “Ahh.. Ahh.. Ahh..” erang Novi seirama dengan goyangan  badannya di atas tubuhku. Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan  jemariku untuk dihisapnya. Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan  badannya dan kucondongkan tubuhnya agak ke belakang, sehingga aku dapat  menghisapi payudaranya. Memang enak sekali menikmati payudara kenyal  gadis cantik ini. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali  kujilati puting payudara yang berwarna merah muda.
Erangan Novi semakin  keras terdengar, membuat aku menjadi semakin bergairah. Setelah selesai  aku menikmati payudara ranumnya, kembali tubuh belia Novi mencari  pelepasan gairah mudanya dengan memompa penisku naik turun dengan liar.  Tak kusangka seorang gadis SMA dapat begini binal dalam bermain seks.  Cukup lama aku menikmati persetubuhan dengan gadis cantik ini di atas  kursi. Lalu kuminta dia berdiri, dan kembali kami berciuman. Kubuka baju  seragam sekolah berikut BH-nya sehingga sekarang kami berdua telah  telanjang bulat.
Kembali dengan gemas kuremas dan kuhisap payudara gadis  17 tahunan itu. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu  kutuntun dia untuk merebahkan diri di atas ranjang. Aku pun kemudian  mengarahkan penisku kembali ke dalam vaginanya. “Ahh..” erang Novi  kembali ketika penisku kembali menyesaki liang kewanitaannya. Langsung  kupompa dengan ganas tubuh anak sekolah ini. Erangan nikmat kami berdua  memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas  suasana. Kulihat Novi yang cantik menggelengkan kepalanya ke kanan dan  ke kiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang. “Mas..  Novi hampir sampai Mas.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritnya sambil tubuhnya  mengejang dalam dekapanku.
Tampak dia telah mencapai orgasmenya.  Kuhentikan pompaanku, dan tubuhnya pun kemudian lunglai di atas ranjang.  Kuperhatikan butir keringat mengalir di wajahnya nan ayu. Payudaranya  naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Payudara belia yang indah,  besar, kenyal, dan padat. Mulutku pun dengan gemas kembali menikmati  payudara itu dengan bernafsu. Setelah itu, kucabut penisku dan kembali  kujepitkan di payudaranya. Kali ini aku yang menjepitkan daging  payudaranya pada penisku. Novi masih tampak terkulai lemas. Lalu kupompa  kembali penisku dalam belahan payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal  itu membuatku tak dapat bertahan begitu lama. Tak lama aku pun  menyemburkan spermaku di atas payudara gadis SMA yang seksi ini.
Kami akhirnya menginap di motel tersebut. Selama di sana, aku sangat  puas menikmati tubuh sintal Novi. Berulang kali aku menyetubuhinya, baik  di atas ranjang, di meja rias, di kursi, ataupun di kamar mandi sambil  berendam di bathtub. Sebenarnya ingin aku menginap lebih lama lagi,  tetapi hari Senin itu aku harus menemui klienku di pagi hari, sementara  ada bahan yang masih perlu dipersiapkan. Hari Minggu malam, kami pun  kembali ke Bogor. Kali ini ganti Andi yang menyetir mobilku. Lisa duduk  di kursi penumpang di depan, sedangkan Novi dan aku duduk di belakang.  Dalam perjalanan, melihat Novi yang cantik duduk di sebelahku, dengan  rok mini yang memamerkan paha mulusnya, membuatku kembali bergairah.  Akupun mulai menciuminya sambil tanganku mengusap-usap pahanya.  Kusibakkan celana dalamnya, dan kumainkan vaginanya dengan jemariku.  “Ehmm..” erangnya saat klitorisnya kuusap-usap dengan gemas. Erangannya  terhenti karena mulutnya langsung kucium dengan penuh gairah. Tanganku  lalu membuka baju seragam sekolahnya.
Kuturunkan cup BH-nya sehingga  payudaranya yang besar itu segera mencuat keluar menantang. “Suka banget  sih Mas.. Nyusuin Novi” ucapnya lirih. “Iya habis susu kamu bagus  banget” bisikku. Desah Novi kembali terdengar ketika lidahku mulai  menari di atas puting payudaranya yang sudah menonjol keras. Kuhisap  dengan gemas gunung kembar gadis cantik ini hingga membuat tubuhnya  menggelinjang nikmat. “Gantian dong Nov” bisikku ketika aku sudah puas  menikmati payudaranya yang ranum. Kami pun kembali berciuman sementara  tangan Novi yang halus mulai membukai resleting celanaku. Diturunkannya  celana dalamku, sehingga penisku yang telah membengkak mencuat keluar  dengan gagahnya. Novi pun kemudian mendekatkan wajah ayunya pada  kemaluanku itu, dan rasa nikmat menjalar di tubuhku ketika mulutnya  mulai mengulum penisku.
Sambil menghisapi penisku, Novi mengocok  perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku.  “Ihh.. Gede banget.. Lisa juga pengen dong..”. Tiba-tiba aku dikagetkan  oleh suara Lisa yang ternyata entah sejak kapan memperhatikan aktifitas  kami di belakang. “Pindah aja ke sini” kataku sambil mengelus-elus  rambut Novi yang masih menghisapi penisku. Lisa pun kemudian melangkah  pindah ke bangku belakang. Langsung kuciumi wajahnya, yang walaupun  tidak secantik Novi tetapi cukup manis. Lidahku dan lidahnya sudah  saling bertaut, sementara Novi masih sibuk menikmati penisku. “Di..  Bentar ya nanti gantian..” kataku pada Andi yang melotot melihat dari  kaca spion. “Oke deh bos..” jawabnya sambil terus melotot melihat  pemandangan di bangku belakang mobilku. Setelah puas berciuman, kucabut  penisku dari mulut Novi. “Ayo Lis.. Katanya kamu suka” kataku sambil  sedikit menekan kepala Lisa agar mendekat ke kemaluanku. “Iya.. Abis  gede banget..” katanya sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang  menutupi telinganya. “Ahh.. Yes..” desahku saat Lisa memasukkan penisku  ke dalam mulutnya. Dihisapinya batang kemaluanku seperti anak kecil  sedang memakan permen lolipop. Rasa nikmat yang tak terhingga menjalari  seluruh syarafku.
Cukup lama juga Lisa menikmati penisku. Sementara itu  Novi kembali menyodorkan payudara mudanya untuk kunikmati. Setelah  beberapa lama kuhisapi payudaranya, Novi kemudian mendekatkan wajahnya  ke arah kemaluanku dan menciumi buah zakarku, sementara Lisa masih sibuk  mengulum batang kemaluanku. “Nih gantian Nov..” katanya sambil  menyorongkan penisku ke mulut Novi yang berada di dekatnya. Novi pun  dengan sigap kembali mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya. Sementara  itu, kali ini gantian Lisa yang menjilati dan menciumi buah zakarku.  Saat itu aku merasa seperti sedang berada di surga. Dua orang gadis SMA  yang cantik sedang menghisapi dan menjilati penisku secara bergantian.  Kuelus-elus kepala gadis-gadis ABG yang sedang menikmati kelelakianku  itu.
Nikmat yang kurasakan membuatku merasa tak akan tahan terlalu lama  lagi. Tetapi sebelumnya aku ingin menyetubuhi Lisa. Ingin kurasakan  nikmat jepitan vagina gadis hitam manis ini. Kuminta dia untuk duduk di  pangkuan sambil membelakangiku. Kusibakkan celana dalamnya, sambil  kuarahkan penisku dalam liang nikmatnya. Sengaja tak kuminta dia untuk  membuka pakaiannya, karena aku tak mau menarik perhatian kendaraan yang  melintas di luar sana. “Ah..” desah Lisa ketika penisku mulai menyesaki  vaginanya yang tak kalah sempit dengan kepunyaan Novi. Lisa kemudian  menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Novi pun tak tinggal diam,  diciuminya aku ketika temannya sedang memompa penisku dalam jepitan  dinding kewanitaannya. Goyangan tubuh Lisa membuatku merasa akan segera  menumpahkan spermaku dalam vaginanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar  tidak ejakulasi terlebih dahulu sebelum dia orgasme. Sambil menciumi  Novi, tanganku memainkan klitoris Lisa. “Ah.. Terus Mas.. Lisa mau  sampai..” desahnya. Semakin cepat kuusap-usap klitorisnya, sedangkan  tubuh Lisa pun semakin cepat memompa penisku. “Ahh..” erangnya nikmat  saat mengalami orgasmenya. Tubuhnya tampak mengejang dan kemudian  terkulai lemas di atas pangkuanku.
Aku pun mengerang tertahan saat aku  menyemburkan ejakulasiku dalam vagina gadis manis ini. Setelah  beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan tisu yang  tersedia. “Mau gantian Di? ” tanyaku pada Andi yang tampak sudah tidak  tenang membawa mobilku. “So pasti dong” jawab Andi sambil menepikan  mobil di tempat yang sepi.
Kami pun berganti tempat. Aku yang membawa  mobil, sedangkan Andi pindah duduk di jok belakang. Rencananya dia juga  akan main threesome, tetapi Novi juga ikut beranjak ke bangku depan.  “Aku cape ah Mas..” katanya. Andi tampak kecewa, tetapi apa boleh buat.  Kami pun segera melanjutkan perjalanan kami. Kudengar suara lenguhan  Andi di jok belakang. Lewat kaca spion kulihat Lisa sedang mengulum  penisnya. Karena sudah puas, aku tak begitu mempedulikannya lagi.
Sesampainya di Bogor, kedua gadis itu kami turunkan di tempat semula,  sambil kuberi uang beberapa ratus ribu serta uang taksi. “Kalau ke Bogor  hubungi Novi lagi ya Mas..” kata Novi manis saat kami akan berpisah.  Kulihat beberapa orang memperhatikan mereka. Mungkin mereka curiga kok  ada dua gadis berseragam SMA di hari Minggu, malam lagi he.. He.. “Wan..  Gue doain lu dapat banyak proyek deh.. Biar lu traktir gue kayak tadi  lagi..” kata Andi ketika aku turunkan di depan rumahnya. “Sip deh..”  jawabku sambil pamit pulang. Kukebut mobilku menyusuri jalan tol  Jagorawi menuju Jakarta. Aku tersenyum puas. Yang dulu selalu menjadi  obsesiku, kini bisa menjadi kenyataan. Ternyata hidup itu indah. 
No comments:
Post a Comment